close

Lembur di Indonesia: Kondisi, Dampak, dan Refleksi Bagi Perusahaan

Banyak dari kita pasti pernah mengalami situasi di mana jam pulang kerja terasa semakin lama tertunda. Entah karena pekerjaan yang belum selesai atau tugas baru yang terus berdatangan, bekerja lembur menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Tidak hanya di lingkungan kantor, fenomena ini juga sering dialami oleh banyak profesional muda di berbagai sektor industri.

Seiring bertambahnya beban pekerjaan, jam kerja reguler kerap kali tidak lagi cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Jika pekerjaan ditinggalkan begitu saja dengan harapan bisa diselesaikan keesokan harinya, yang terjadi justru sebaliknya: tugas menumpuk, dan tekanan untuk menyelesaikannya semakin besar. Lembur pun menjadi satu-satunya solusi untuk memenuhi target yang diberikan atasan.

Akibatnya, semakin banyak waktu yang dihabiskan di kantor, bahkan hingga akhir pekan. Bagi sebagian orang, weekend yang seharusnya menjadi waktu istirahat atau kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga justru dihabiskan untuk mengejar tenggat waktu pekerjaan yang belum selesai. “Sudah capek kerja 5 hari, ditambah lembur pula,” keluh salah satu profesional muda yang kami temui.

Kondisi Lembur di Indonesia

Menurut data survei yang dilakukan oleh Glints, rata-rata jam kerja profesional di Indonesia sejalan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat, yakni sekitar 8 jam per hari. Namun, berbeda dengan negara-negara tersebut, Indonesia menunjukkan angka lembur yang lebih tinggi. Dari survei tersebut, terungkap bahwa 38,6% responden bekerja selama 8-10 jam setiap hari, sementara 30,7% responden bekerja 10-12 jam per hari, dan 17,2% lainnya bekerja lebih dari 12 jam sehari. Ini menunjukkan bahwa lebih dari 85% responden menghabiskan lebih dari 8 jam di kantor.

Lalu, seberapa sering para pekerja ini harus lembur? Sekitar 33% responden menyatakan bahwa mereka lembur hingga 5 hari dalam seminggu, dengan 40% lainnya mengatakan bahwa mereka lembur 3-4 hari dalam seminggu. Bahkan, hanya 5% yang hampir tidak pernah lembur.

Hal yang menarik, 70% responden menyebutkan bahwa pemberitahuan lembur sering kali datang secara mendadak, biasanya melalui pesan singkat atau email yang dikirim saat jam kerja hampir berakhir.

Alasan Dibalik Lembur

Ada banyak alasan mengapa seorang profesional harus lembur. Bisa jadi karena adanya tugas tambahan yang datang tiba-tiba, permintaan bantuan dari rekan kerja di divisi lain, atau bahkan keputusan pribadi untuk bekerja lebih lama agar bisa menyelesaikan pekerjaan di lingkungan yang lebih tenang dan kondusif. Beberapa karyawan merasa bahwa lembur justru memberikan mereka kesempatan untuk lebih fokus, karena suasana kantor yang lebih sepi.

Namun, tidak semua perusahaan memiliki kebijakan yang sama mengenai lembur. Beberapa perusahaan memberikan kompensasi berupa uang lembur, sementara yang lain lebih memilih sistem kerja fleksibel, di mana karyawan tidak diberikan uang lembur namun memiliki kebebasan dalam mengatur jam kerjanya sendiri. Sistem ini sering kali membuat kebijakan lembur menjadi kurang relevan atau sulit diterapkan.

Dampak Lembur Terhadap Kehidupan Sehari-hari

Bagi para profesional muda yang terbiasa bekerja lebih dari 8 jam sehari, bagaimana dampaknya terhadap kehidupan pribadi mereka? Tentu saja, dampaknya sangat terasa. Selain kondisi fisik yang mudah lelah, banyak responden dalam survei ini menyatakan bahwa mereka sering merasa kurang sehat dan kehabisan energi. Akhir pekan yang seharusnya digunakan untuk beristirahat atau melakukan aktivitas yang menyenangkan sering kali hanya dihabiskan untuk tidur demi memulihkan tenaga.

Survei juga menunjukkan bahwa 79,7% responden merasa kehilangan waktu berkualitas bersama orang-orang terdekat mereka. Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat penting bagi kesehatan mental dan kebahagiaan seorang individu.

Refleksi untuk Perusahaan

Fenomena lembur yang semakin umum ini seharusnya menjadi refleksi bagi perusahaan. Apakah sistem yang diterapkan sudah efektif? Apakah beban kerja yang diberikan realistis dan dapat diselesaikan dalam jam kerja normal? Perusahaan yang ideal adalah perusahaan yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi para karyawannya.

Jika lembur menjadi kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari, maka perlu ada evaluasi lebih lanjut mengenai manajemen waktu dan distribusi tugas di perusahaan tersebut. Bagaimanapun, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menciptakan karyawan yang bahagia dan produktif dalam jangka panjang.

Tempat kerja terbaik bukan hanya yang mampu menghasilkan keuntungan besar, tetapi juga yang mampu memberikan ruang bagi karyawan untuk tumbuh dan menjaga keseimbangan hidup mereka.

Tim Edu

Platform Pendidikan digital yang berdiri sejak 2019 banyak membagikan Tips belajar, Info Kampus, dan Materi belajar gratis.

Artikel Terkait

Back to top button

Hemzz, kamu pakai adBlocker yaa 😥?

Dengan adanya iklan, kamu mendukung kami untuk terus mengembangkan situs ini menjadi lebih baik lagi. Silakan nonaktifkan... Makasih ya 😁✌🏼