close

Bab 1. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Toleransi

Hallo temen-temen, kali kita mau berbagi rangkuman materi lengkap PAI Kelas 12 tentang Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Toleransi, untuk kamu yang mau mempelajarinya bisa lihat dibawah ini ya.

Dalam bahasa, toleransi berarti memiliki kesediaan untuk menerima perbedaan. Secara terminologi, toleransi merujuk pada sikap menghargai dan menghormati perbedaan di antara individu.

Allah SWT menciptakan manusia dengan beragam karakteristik. Keberagaman ini dapat menjadi kekuatan jika dihadapi dengan pandangan positif, namun juga dapat menimbulkan konflik jika dilihat secara negatif.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh toleransi antar umat beragama. Sebagai contoh, setelah Perang Badar berakhir, pasukan Muslim yang menang ingin membunuh tawanan non-Muslim. Tetapi, Rasulullah SAW malah memerintahkan untuk membebaskan para tawanan tersebut.

Terdapat beberapa hadis dan ayat Al-Quran yang membahas tentang toleransi.

Baca Juga: Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja

Berikut ini Ayat- Ayat Al-Quran tentang Toleransi

1. Surah Al-Kafirun [109] Ayat 1–6

Bercerita tentang sikap seharusnya seorang muslim kepada orang yang berbeda agama dan keyakinan.

1. قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Bacaan latin: qul yā ayyuhal-kāfirụn

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!”

2. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Bacaan latin: lā a’budu mā ta’budụn

Artinya: “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah”.

3. وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Bacaan latin: wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

Artinya: “dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah”

4. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

Bacaan latin: wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum

Artinya: “dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”

5. وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Bacaan latin: wa lā antum ‘ābidụna mā a’bud

Artinya: “dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.”

6. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ

Bacaan latin: lakum dīnukum wa liya dīn

Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Kita tidak boleh mencampur adukkan tata cara kehidupan kita dengan ajaran agama orang lain.

2. Surah Yunus [10]: 40–41

Mengajarkan tentang sikap dalam berbeda pendapat dengan orang lain. Saat kita meyakini kebenaran suatu pendapat apalagi pendapat yang bersifat prinsip, kita diperbolehkan untuk berbeda pendapat dengan tetap menghargai pendapat orang lain.

وَمِنْهُمْ مَّنْ يُّؤْمِنُ بِهٖ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهٖۗ وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ (٤٠)

Latin: wa min-hum may yu`minu bihī wa min-hum mal lā yu`minu bih, wa rabbuka a’lamu bil-mufsidīn

Artinya: Di antara mereka ada orang yang beriman padanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka ada (pula) orang yang tidak beriman padanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ (٤١)

Latin: wa ing każżabụka fa qul lī ‘amalī wa lakum ‘amalukum, antum barī`ụna mimmā a’malu wa ana barī`um mimmā ta’malụn

Artinya: Jika mereka mendustakanmu (Nabi Muhammad), katakanlah, “Bagiku perbuatanku dan bagimu perbuatanmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku perbuat dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu perbuat.”

Baca Juga: Iman kepada Hari Akhir

3. Surah al-Kahf [18]: 29

Mengajarkan toleransi untuk beriman atau tidak beriman kepada Allah Swt. Setiap orang dipersilakan untuk beriman atau tidak menurut keyakinan yang mereka miliki.

وَقُلِ الۡحَـقُّ مِنۡ رَّبِّكُمۡ‌ ۖ فَمَنۡ شَآءَ فَلۡيُؤۡمِنۡ وَّمَنۡ شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡ ‌ۙاِنَّاۤ اَعۡتَدۡنَا لِلظّٰلِمِيۡنَ نَارًا ۙ اَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَا‌ ؕ وَاِنۡ يَّسۡتَغِيۡثُوۡا يُغَاثُوۡا بِمَآءٍ كَالۡمُهۡلِ يَشۡوِى الۡوُجُوۡهَ‌ؕ بِئۡسَ الشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا

Wa qulil haqqu mir Rabbikum faman shaaa’a falyu minw wa man shaaa’a falyakfur; innaaa a’tadnaa lizzaalimiina Naaran ahaata bihim suraadiquhaa; wa iny yastaghiisuu yaghaasuu bimaaa’in kalmuhli yashwil wujuuh’ bi’sash-sharaab; wa saaa’at murtafaqoo

Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zhalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Dalam masyarakat, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang pasti ada. Oleh karena itu, saling menghargai sangat diperlukan agar hubungan antarsesama dapat berjalan dengan baik.

Sebagai umat Islam, kita harus tetap menjaga harga diri dan identitas serta sikap kita sebagai seorang muslim yang teguh dan baik hati. Dengan demikian, tugas kita sebagai rahmatan lil-alamin dapat kita tunaikan dengan baik.

[dkpdf-button]

Back to top button