close

BAB 6 Sejarah dan Perkembangan Teater

A. Wawasan Seni

           Wawasan seni adalah sikap, pendekatan, pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap kesenian dan karya seni. 

Bentuk karya seni dapat berupa:

  1. seni sastra (menggunakan media ekspresi kata dan bahasa),
  2. seni tari (menggunakan media ekspresi gerak tubuh),  
  3. seni musik (menggunakan media ekspresi bunyi dan suara), 
  4. seni teater (menggunakan media ekspresi laku dan suara), 
  5. seni rupa (menggunakan media ekspresi bahan, cat (warna), garis dan wujud).

Didasarkan atas media yang digunakan, kesenian dapat dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

  1. seni sastra: prosa (naskah drama, novel, cerpen dan esai) dan puisi,  
  2. seni pertunjukan: tari, musik, dan drama,  
  3. seni rupa: lukisan, patung, kriya, grafis, dan arsitektur.

B. Pengertian Teater

           Kata “teater” berasal dari kata Yunani kuno, theatron, yang dalam bahasa Inggris seeing place, dan dalam bahasa Indonesia “tempat untuk menonton”. Dan pada akhirnya berbagai bentuk pertunjukan (drama, tari, musical) disebut sebagai teater. Bahkan Peter Brook melalui bukunya “Empty Spece” berpendapat lebih ekstrem tentang teater, bahwa; “sebuah panggung kosong, lalu ada orang lewat”, itu adalah teater. 

C. Pengertian Drama

           Kata “drama”, juga berasal dari kata Yunani draomai yang artinya berbuat, berlaku atau beraksi. Kata drama dalam bahasa Belanda disebut toneel, yang kemudian diterjemahkan sebagai sandiwara. Pengertian drama lebih mengacu pada naskah lakon, yang melukiskan konflik manusia dalam bentuk dialog, yang dipresentasikan melalui tontonan dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton.

D. Sejarah dan Perkembangan Teater Dunia

  1. Teater Yunani Kuno 

Di zaman Yunani kuno, sekitar tahun 534 SM, terdapat tiga bentuk drama; tragedi (drama yang menggambarkan kejatuhan sang pahlawan, dikarenakan oleh nasib dan kehendak dewa, sehingga menimbulkan belas dan ngeri), komedi (drama yang mengejek atau menyindir orang-orang yang berkuasa, tentang kesombongan dan kebodohan mereka), dan satyr (drama yang menggambarkan tindakan tragedi dan mengolok-olok nasib karakter tragedi).

  1. Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M)

Kejayaan teater di zaman Yunani kuno lahir kembali di zaman Renaissance. Di Inggris muncul dramawan-dramawan besar. Dan yang paling terkenal hingga sekarang adalah Williams Shakespeare (1564 – 1616). Beberapa karyanya diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, di antaranya; Romeo & Juliet, Hamlet, Machbeth, Prahara, dll.

  1. Teater Zaman Renaisance Di Perancins (th. 1500 M – th. 1700 M)

Di zaman itu muncullah Moliere (1622 M – 1673 M). Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang dan mementaskan karya-karyanya sendiri, sekaligus menjadi pemeran utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: Si Bakhil, Dokter Gadungan, Akal Bulus Scapin, dll.

  1. Commedia Del ‘Arte Di Italia

Adalah bentuk teater rakyat Italia abad ke enambelas, yang berkembang di luar lingkungan istana. Drama ini dipertunjukkan di lapangan kota dalam panggung-panggung yang sederhana.

E. Beberapa Jenis Teater Tradisional Asia

  1. Teater Tradisional Cina

Salah satu teater tradisional China adalah Opera Peking. Yang menggabungkan musik, tarian, nyanyian, pantomim dan akrobat. 

  1. Teater Tadisional Jepang

Salah satu bentuk teater tradisional Jepang adalah Kabuki.

  1. Teater Tradisional India

Teater tradisional India bermula dari bentuk narasi yang diekspresikan dalam nyanyian dan tarian. Sehingga pada perkembangannya gerak laku pada teater tradisional India, didominasi oleh nyanyian dan tarian, yang merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi.

F. Beberapa Jenis Teater Tradisional Nusantara

  1. Lenong

Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua bentuk Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman.

  1. Longser

Kata Longser berasal dari kata Melong (melihat) dan seredet (tergugah). Diartikan bahwa siapa yang melihat (menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah.

  1. Ketoprak

Semula disebut ketoprak lesung, kemudian dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka lengkaplah Ketoprak sebagaimana yang kita kenal sekarang.

  1. Ludruk

Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur yang bersifat kerakyatan.

  1. Arja

Arja umumnya mengambil lakon dari Gambuh, yaitu; yang bertolak dari cerita Gambuh. Namun pada perkembangannya dimainkan juga lakon dari Ramayana dan Mahabharata.

  1. Kemidi Rudat

Bentuk tontonan Kemidi Rudat, pengajiannya dalam bentuk drama, yang dikombinasi dengan tarian dan nyanyian.

  1. Kondobuleng

Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal dari suku Bugis, Makassar. Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau. Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang dipadukan dengan gerak stilisasi. 

  1. Dulmuluk

Dulmuluk adalah teater tradisional yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan.Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama sebagai bentuk ungkapannya, dan musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tontonan, karena pemain juga menyanyikan dialog-dialognya.

  1.  Randai

Teater Tradisional Randai yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat ini bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba (yang artinya “cerita”). Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak gerak tari yang bertolak dari silat. 

  1. Makyong

Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan cerita-cerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan.

  1. Mamanda

Teater Tradisional Mamanda berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel Moeloek.

Back to top button