Mengenal Hikayat | Bahasa Indonesia Kelas X

Daftar Isi
Pernah dengar istilah Hikayat nggak nih? Hikayat adalah salah satu materi yang akan sering kamu temui dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Kamu jangan khawartir, disini kita akan membahasa secara lengkap tentang Hikayat, mulai arti Hikayat, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat, Jenisnya, dan Tujuannya.
Disini kita juga akan belajar tentang tata cara mengubah Hikayat Menjadi Cerpen, dilengkapi contohnya. Jadi akan memudahkan kamu, dalam mempelajarinya!
Pengertian Hikayat
Hikayat merupakan salah satu jenis sastra lama yang dikarang, ditulis, dan diceritakan menggunakan bahasa Melayu. Asal usul kata hikayat berasal dari bahasa Arab, yaitu hikayat yang berarti cerita atau kisah.
Hikayat ditulis dalam bentuk prosa dan mencakup berbagai ragam cerita, seperti cerita rakyat, epos dari India, dongeng dari Jawa, Persia, Arab, dan cerita-cerita yang muncul setelah masuknya agama Islam. Dari segi isi, tema yang diangkat dalam hikayat secara umum berkaitan dengan kepercayaan, agama, pandangan hidup, adat istiadat, dan aspek sosial. Hal ini terjadi karena sebagai karya seni, hikayat mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat pada masa tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk memberikan pembelajaran, menyampaikan fakta, memberikan kritik, dan sebagainya.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat
Unsur Intrisik Hikayat
Tema
Unsur intrinsik hikayat yang pertama adalah tema. Tema adalah ide atau gagasan pokok yang akan dikembangkan menjadi cerita, terdiri dari tema mayor dan tema minor. Contoh tema intrinsik hikayat: “Cinta terhadap bangsa sendiri lebih penting daripada cinta negara lain” dan “Keserakahan terhadap dunia akan memunculkan banyak permasalahan dan permusuhan.”
Latar
Unsur intrinsik hikayat yang kedua adalah latar. Latar adalah ruang lingkup yang digunakan untuk menyajikan cerita, termasuk keterangan waktu, tempat, dan suasana. Contoh latar: “Kisah tangkuban perahu diceritakan di kawasan hutan” dan “Kisah maling kundang menggunakan latar paling dominan di laut.”
Alur
Unsur intrinsik hikayat yang ketiga adalah alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dan menunjukkan sebab-akibat. Ada alur erat yang fokus pada satu cerita, dan alur longgar yang memungkinkan percabangan cerita.
[rml_read_more]
Penokohan
Penokohan adalah unsur intrinsik hikayat yang mencakup karakterisasi dan penggambaran para tokoh dalam cerita. Berikut adalah penjelasan untuk setiap poin penokohan dalam hikayat:
Tokoh
Tokoh merupakan pemeran cerita, yaitu nama-nama tokoh atau pelaku dalam hikayat. Dalam hikayat, terdapat berbagai jenis tokoh seperti tokoh antagonis (penjahat), tokoh protagonis (pahlawan), dan tokoh tritagonis (tokoh pendukung).
Perwatakan
Perwatakan merupakan watak, sifat, dan karakteristik para tokoh, baik secara fisik maupun kejiwaan. Perwatakan ini mempengaruhi tindakan dan sikap tokoh dalam cerita. Perwatakan dapat diketahui dari penggambaran waktak, yang merupakan cara pengarang menggambarkan watak tokoh dalam cerita. Penggambaran watak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara eksplisit, dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain, dan sebagainya.
Amanat
Amanat adalah unsur intrinsik hikayat yang berisi pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca, dapat disampaikan secara implisit atau eksplisit.
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah unsur inrinsik hikayat yang menjelaskan posisi pengarang dalam memandang tema yang diangkat dalam cerita. Ada empat jenis sudut pandang, yakni sudut pandang orang pertama, orang kedua, orang ketiga, dan sudut pandang campuran.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah unsur intrinsik hikayat yang menunjukkan kemampuan pengarang dalam memilih diksi untuk menyampaikan cerita, dengan berbagai jenis gaya bahasa seperti hiperbola dan personifikasi.
Unsur Ekstrinsik Hikayat
Biografi Pengarang
Latar belakang dan pengalaman hidup pengarang mempengaruhi hasil tulisan. Jika pengarang memiliki pendidikan yang baik, cerita cenderung mencerminkan pengetahuan dan pemahaman ilmu yang dikuasai. Biografi pengarang juga memengaruhi pola tulisan dan motivasi pengarang dalam menyampaikan sudut pandang kepada pembaca.
Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya tempat pengarang tumbuh dan hidup juga berpengaruh dalam proses penulisan. Pengarang yang berasal dari lingkungan pedesaan, misalnya, akan lebih leluasa dalam menggambarkan cerita berdasarkan kondisi sosial dan kebudayaan di desanya.
Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial juga memiliki peran penting dalam pengaruh penulisan. Lingkungan sosial mampu mempengaruhi corak dan nuansa karya sastra. Hikayat yang menceritakan tentang para wali, misalnya, akan sangat dipengaruhi oleh konteks sosial pada zamannya.
Keadaan Zaman
Kondisi zaman juga mempengaruhi corak, alur, dan unsur lainnya dalam sebuah hikayat. Setiap hikayat memiliki ciri khasnya sendiri yang mencerminkan kondisi zaman ketika cerita itu diciptakan. Misalnya, hikayat tentang para sahabat nabi memiliki konteks zaman yang berbeda dengan hikayat tentang para wali di Nusantara.
Nilai Kehidupan
Pesan moral atau nilai kehidupan yang disampaikan dalam hikayat juga dipengaruhi oleh unsur ekstrinsik. Tiap generasi dan zaman cenderung memiliki pesan moral yang berbeda dalam menciptakan hikayat, mengikuti nilai-nilai yang relevan pada saat itu.
Unsur-unsur ekstrinsik ini memberikan dimensi yang lebih luas dalam pemahaman dan penilaian terhadap sebuah hikayat. Dengan memahami unsur-unsur ekstrinsik ini, pembaca dapat lebih menghargai dan memaknai karya sastra dengan konteks yang lebih mendalam.
Unsur Kebahasaan Hikayat
Konjungsi waktu
Hikayat merupakan teks yang menggambarkan sebuah alur cerita yang enggak bisa lepas dari penggunaan konjungsi urutan waktu.
Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan dari sebuah kejadian berdasarkan waktu terjadinya, baik sebelum, ketika berlangsung, maupun setelahnya.
Hikayat menggunakan konjungsi urutan waktu berupa kata-kata arkais atau yang umum digunakan pada masa lampau.
Contoh kata- kata arkais misalnya: akisyah/alkisah, bermula/sebermula, arkian/Hatta-ata/Kalakian/Syahdan/Maka.
Pemilihan konjungsi sangat menentukan koherensi atau kepaduan makna antarkalimat atau antarparagraf dalam cerita.
Majas
Selain konjungsi waktu, teks hikayat juga menggunakan majas, Kids.
Majas merupakan gaya bahasa yang sangat erat dengan teks atau kisah fiksi.
Majas digunakan dalam sebuah teks hikayat untuk menambah unsur keindahan dalam penyampaian sebuah cerita.
Berikut ini adalah beberapa majas yang sering digunakan dalam hikayat atau cerita pendek (cerpen), yaitu:
- Antonomasia: majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifat yang menonjol.
- Personifikasi: majas yang menyatakan benda mati atau benda hidup yang bukan manusia (hewan atau tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah bersifat atau berlaku seperti manusia.
- Simile: majas yang membandingkan sebuah hal dengan hal lain secara eksplisit atau menggunakan kata penghubung dengan kata pembanding, misalnya penggunaan kata laksana, bak, seperti, dan bagaikan.
- Metafora: majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai dari bandingan benda secara fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain.
- Hiperbola: gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.
Jenis-Jenis Teks Hikayat
Jenis Teks Berdasarkan Isinya
Teks hikayat terbagi dalam beberapa jenis, seperti Cerita Rakyat, Epos India, Cerita dari Jawa, Cerita-Cerita Islam, Sejarah dan Biografi, dan Cerita Bertingkat.
Jenis Teks Hikayat Berdasarkan Asalnya
– Melayu asli
– Jawa
– Hindu (India)
– Arab-Persia
Tujuan Teks Hikayat
Teks hikayat memiliki tujuan kepada pembaca. Tujuan tersebut yaitu latar belakang bagi pengarang atau penulis untuk menulis sebuah teks hikayat.
Berikut tujuan penulisan teks hikayat:
- Sarana untuk membangkitkan semangat pembacanya.
- Sarana untuk menghibur.
- Sarana untuk meramaikan suatu acara atau suasana.
- Sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur.
Mengubah Hikayat Menjadi Cerpen
Salah satu unsur intrinsik yang sangat menentukan keberhasilan sebuah
cerpen atau hikayat dalam menyampaikan cerita adalah alur. Lalu, apa itu alur Alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab-akibat yang membentuk satu rangkaian cerita yang utuh.
Karakteristik alur dalam hikayat adalah menggunakan alur berbingkai. Biasanya cerita menggunakan alur maju dan alur mundur yang berarti cerita dimulai dari masa lalu ke masa kini, atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
Sedangkan alur berbingkai artinya di dalam cerita ada cerita lain. Alur berbingkai dalam hikayat biasanya disajikan dengan menghadirkan tokoh lain yang bercerita tentang suatu kisah. Lalu hal yang perlu diperhatikan ketika kamu ingin mengubah hikayat ke dalam cerpen:
- Mengubah alur berbingkai menjadi alur tunggal.
- Menggunakan bahasa indonesia saat ini.
- Mengenakan gaya bahasa yang sesuai.
- Tetap mempertahankan nilai nilai yang terkandung dalam hikayat.
Berikut contoh hikayat “Si Miskin” yang diubah ke dalam bentuk cerpen:
Ada seorang suami istri yang dikutuk hidup miskin. Pada suatu hari mereka mendapatkan anak yang diberi nama Marakarma, dan sejak anak itu lahir hidup mereka pun menjadi sejahtera dan berkecukupan. Ayahnya termakan perkataan para ahli nujum yang mengatakan bahwa anak itu membawa sial dan mereka harus membuangnya.Setelah membuangnya, mereka kembali hidup sengsara. Dalam masa pembuangan, Marakrama belajar ilmu kesaktian dan pada suatu hari ia dituduh mencuri dan dibuang ke laut. Ia terdampar di tepi pantai tempat tinggal raksasa pemakan segala. Ia pun ditemukan oleh Putri Cahaya dan diselamatkannya. Mereka pun kabur dan membunuh raksasa tersebut. Nahkoda kapal berniat jahat untuk membuang Marakarma ke laut, dan seekor ikan membawanya ke Negeri Pelinggam Cahaya, di mana kapal itu singgah. Marakrama tinggal bersama Nenek Kebayan dan ia pun mengetahui bahwa Putri Mayang adalah adik kandungnya. Lalu Marakarma kembali ke Negeri Puspa Sari dan ibunya menjadi pemungut kayu. Lalu ia memohon kepada dewa untuk mengembalikan keadaan Puspa Sari. Puspa Sari pun makmur mengakibatkan Maharaja Indra Dewa dengki dan menyerang Puspa Sari. Kemudian Marakrama menjadi Sultan Mercu Negara. |