close

Rangkuman Materi PAI Kelas 7 Bab 8 Kurikulum Merdeka

Berikut ini adalah Rangkuman Materi PAI Kelas 7 tentang Bab 8 Menghindari Gibah dan Melaksanakan Tabayun. Kami banyak membagikan rangkuman materi mata pelajaran dari kelas 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11, dan 12. Kami juga akan terus memperbaharui ringkasan untuk Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013. Silakan lihat Rangkuman Materi PAI Kelas 7 Lengkap, untuk melihat semua materi yang telah kami rangkum.

Bab 8 Menghindari Gibah dan Melaksanakan Tabayun

[wptb id=28942]

Gibah

Gibah merupakan satu di antara perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah Swt. dan harus dihindari oleh umat Islam. Secara etimologi, gibah berasal dari bahasa Arab, dari kata “ghaabaa yaghiibu ghaiban”, yang artinya gaib, tidak hadir.

Berdasarkan etimologi tersebut, dapat dipahami bahwa gibah ialah bentuk ‘ketakhadiran seseorang’ dalam sebuah pembicaraan.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gibah yaitu kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.

Gibah merupakan perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain. Meski yang dibicarakan sesuai kenyataan, ghibah tetap suatu perbuatan yang zalim.

Dalam agama Islam, gibah dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Perlu diketahui, seseorang yang bergibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Gibah juga merupakan perbuatan yang dekat dengan perbuatan buruk lainnya seperti iri, dengki, hingga fitnah.

Hukum dan Larangan Ghibah

Gibah merupakan perilaku zalim yang dilaknat oleh Allah Swt. Hal tersebut bahkan tercantum dalam Al-Qur’an dan hadis. Allah Swt. berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19:

“Siapa pun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat.”

Allah Swt. menggambarkan perilaku orang yang suka gibah atau menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12:

“Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang.”

Rasulullah saw. juga melarang umatnya untuk bergibah. Diriwayatkan dalam hadis Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda:

“Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap muslim atas muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya muslim.”

Dosa Gibah Lebih Berat dari Dosa Zina

Rasulullah saw. menyatakan bahwa dosa orang yang bergibah lebih berat dari dosa zina.

“Gibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah saw. menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun, pelaku gibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya.” (HR At-Thabrani)

Selain itu, diriwayatkan bahwa Allah Swt. pernah berfirman kepada Nabi Musa a.s.:

“Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertobat dari perbuatan gibah maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat gibah, dia adalah orang yang paling awal masuk neraka.”

Di akhirat nanti, seseorang yang suka bergibah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. oleh orang yang digibahinya. Amal kebaikannya pun dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah digibahinya.

Kemudian setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan orang-orang yang dizaliminya ditimpakan pada dirinya.

Cara Menghindari Ghibah

Ada beberapa cara untuk menghindari gibah, di antaranya:

  1. Memperbanyak ilmu agama, dengan mengikuti kajian, membaca Al-Qur’an dan tafsirnya, serta selalu berpikir positif agar dapat menjauhkan diri dari menggunjingkan orang lain.
  2. Diam atau tidak menanggapi. Satu di antara cara menghindari bergibah yaitu diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Menasihati pelaku gibah untuk menyudahinya. Anda bisa mengatakan dan mengingatkan pelaku gibah bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim 70).

Tabayun

Tabayyun adalah bentuk tidak baku dari tabayun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tabayyun adalah pemahaman atau penjelasan. Dalam buku “Akidah Akhlak” oleh Kementerian Agama RI, tabayyun berarti mencari kejelasan hingga terang dan benar.

Dalam Islam, perintah tabayyun tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6. Ini mengajarkan bahwa orang-orang beriman harus selalu mencari kejelasan agar tidak menyebarkan musibah tanpa pengetahuan kepada orang lain.

Ada enam metode atau tata cara tabayyun yang perlu diketahui, antara lain:

  1. Mengembalikan permasalahan kepada Allah, Rasul, dan orang yang pandai.
  2. Bertanya atau berdiskusi dengan orang yang menjadi objek dalam masalah tersebut.
  3. Memusatkan perhatian dengan baik dan merujuk kembali jika belum jelas.
  4. Mengambil pengalaman dan perhatian selama menjalin kehidupan dan pergaulan.
  5. Memertemukan dua pihak yang bertikai bila menghukum dan mengadili.
  6. Mendengarkan secara langsung dari orang yang menjadi objek lebih dari satu kali antara waktu yang lama.

Penyebab gagalnya tabayyun meliputi latar belakang hidup, pergaulan, kelalaian, tertipu, tidak mengerti cara tabayyun, fanatisme yang tinggi, terpikat harta benda, dan lalai terhadap akibat dan dampak.

Hikmah Tabayun

Hikmah dari melakukan tabayun (mencari kejelasan atau kebenaran suatu hal) dalam kehidupan sehari-hari dan dalam konteks agama adalah sangat beragam dan memiliki implikasi yang positif. Berikut beberapa hikmah dari melakukan tabayun:

  1. Menghindari Kesalahan Berdasarkan Asumsi: Dengan melakukan tabayun, seseorang dapat menghindari kesalahan yang mungkin timbul akibat asumsi atau prasangka yang salah. Dengan mencari kejelasan dan fakta yang benar, kesalahan dalam memahami situasi dapat diminimalisir.
  2. Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan: Melakukan tabayun membantu seseorang untuk mengumpulkan informasi yang akurat sebelum mengambil keputusan penting. Ini dapat meningkatkan kualitas keputusan dan mengurangi kemungkinan tindakan impulsif atau ceroboh.
  3. Mencegah Penyebaran Fitnah: Dalam konteks agama, tabayun sangat penting untuk mencegah penyebaran fitnah atau berita palsu yang dapat merusak reputasi seseorang. Dengan mencari kejelasan sebelum menyebarkan informasi, seseorang dapat membantu mencegah tersebarnya informasi yang tidak benar.
  4. Menjaga Keadilan: Dengan melakukan tabayun, seseorang dapat menghindari membuat keputusan atau menilai seseorang tanpa memiliki pemahaman yang benar. Ini membantu menjaga prinsip keadilan dan menghindari tindakan yang tidak adil terhadap orang lain.
  5. Menguatkan Hubungan Antarindividu: Dalam situasi konflik atau kesalahpahaman antara individu, melakukan tabayun dapat membantu mengklarifikasi situasi dan menciptakan pemahaman yang lebih baik di antara mereka. Ini dapat mencegah perpecahan dan memperkuat hubungan.
  6. Mendukung Pencarian Kebenaran: Dalam konteks agama, tabayun mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan akurasi. Melalui usaha ini, seseorang dapat mendekatkan diri pada pencarian kebenaran dan menjauhi penyebaran informasi yang salah atau meragukan.
  7. Memperkuat Keteladanan: Dalam melakukan tabayun, seseorang menunjukkan sikap bijaksana dan teliti. Ini dapat menjadi contoh positif bagi orang lain dalam memahami dan mengatasi masalah dengan cara yang benar.
  8. Menghindari Dampak Negatif: Tidak melakukan tabayun dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, baik dalam hal merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dengan mencari kejelasan, seseorang dapat menghindari kesalahpahaman, konflik, atau tindakan yang tidak diinginkan.

Download PDF

Rangkuman PAI Kelas 7 Bab 8 Menghindari Gibah dan Melaksanakan Tabayun.pdf
Kampusimpian.com
Jika tidak terdownload otomatis silahkan klik Download Ulang. Dan jika link rusak silahkan lapor melalui halaman Contact Us.

Rangkuman Lain

[wptb id=22123]

Tim Edu

Platform Pendidikan digital yang berdiri sejak 2019 banyak membagikan Tips belajar, Info Kampus, dan Materi belajar gratis.

Artikel Terkait

Back to top button

Hemzz, kamu pakai adBlocker yaa 😥?

Dengan adanya iklan, kamu mendukung kami untuk terus mengembangkan situs ini menjadi lebih baik lagi. Silakan nonaktifkan... Makasih ya 😁✌🏼