close
Bahasa Indonesia

Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 2: Teks Anekdot

Selamat pagi, siswa-siswi! Kali ini kita akan menyelami dunia teks anekdot. Mungkin kalian sering mendengar cerita lucu yang menyindir, nah itulah anekdot. Mari kita bedah bersama apa itu teks anekdot, bagaimana strukturnya, dan kaidah kebahasaannya.

Apa Itu Teks Anekdot? 

Teks anekdot adalah cerita singkat dan lucu yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau sindiran terhadap suatu kejadian atau tokoh (biasanya tokoh publik atau orang penting). Namun, kritik ini disampaikan secara halus melalui humor, bukan dengan cara yang kasar atau menyakitkan.

Bayangkan saja seperti ini: kamu ingin mengkritik kebijakan seorang pejabat, tapi daripada langsung menunjuk hidung, kamu membungkusnya dalam sebuah cerita jenaka. Itulah esensi dari anekdot!

Tujuan Teks Anekdot:

  • Menghibur pembaca dengan cerita yang lucu dan menarik.
  • Menyampaikan kritik atau sindiran secara tidak langsung dan lebih sopan.
  • Menggambarkan suatu karakter atau peristiwa dengan cara yang unik dan mudah diingat.

Ciri-Ciri Teks Anekdot

Sebuah cerita bisa disebut anekdot jika memiliki ciri-ciri berikut:

  1. Bersifat Humor atau Jenaka: Ceritanya mengandung unsur lucu yang bisa membuat pembaca tertawa.
  2. Bersifat Menyindir atau Mengkritik: Di balik kelucuannya, ada pesan sindiran yang ingin disampaikan.
  3. Tokohnya Orang Penting atau Terkenal: Seringkali melibatkan tokoh publik atau figur yang dikenal masyarakat luas.
  4. Ceritanya Nyata tapi Dikemas Fiksi: Terinspirasi dari kejadian nyata, namun disajikan kembali dengan tambahan unsur rekaan untuk membuatnya lebih menarik.
  5. Memiliki Tujuan Tertentu: Tidak hanya sekadar lucu, tapi ada maksud yang ingin dicapai, yaitu kritik sosial.

Struktur Teks Anekdot

Seperti bangunan, teks anekdot juga punya fondasi dan kerangka yang menyusunnya. Struktur teks anekdot terdiri dari lima bagian:

  1. Abstraksi Bagian ini berada di awal paragraf dan berfungsi memberikan gambaran umum tentang isi teks. Sifatnya opsional, artinya tidak semua anekdot memilikinya. Contoh: “Di suatu siang yang terik, dua orang sahabat sedang beristirahat di bawah pohon rindang…”
  2. Orientasi Bagian ini adalah awal mula kejadian atau latar belakang cerita. Siapa, kapan, dan di mana cerita itu terjadi. Contoh: “…mereka adalah Ali, seorang mahasiswa kritis, dan Budi, seorang aktivis kampus. Mereka mulai membicarakan tentang para pejabat negara.”
  3. Krisis Inilah puncak masalah atau inti dari kejadian yang lucu dan aneh. Bagian ini yang mengandung humor sekaligus sindiran. Contoh: “Ali berkata, ‘Bud, hebat ya para wakil rakyat kita. Sudah kaya, masih saja mau menerima ‘amplop’.’ Budi menjawab, ‘Mungkin mereka menganggap itu bagian dari ibadah, Li. Kan katanya, menolak rezeki itu dosa.'”
  4. Reaksi Bagian ini menunjukkan bagaimana tokoh dalam cerita menyelesaikan atau merespons masalah yang muncul di bagian krisis. Respons ini sering kali menguatkan unsur lucu atau sindiran. Contoh: “Ali tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Budi. ‘Wah, logikamu luar biasa! Bisa-bisanya korupsi dianggap ibadah.'”
  5. Koda Bagian ini adalah penutup cerita yang berisi simpulan, komentar, atau pesan moral. Sama seperti abstraksi, koda juga bersifat opsional. Contoh: “Begitulah obrolan singkat mereka, sebuah cerminan betapa kreatifnya masyarakat dalam menyindir keadaan, bahkan dalam hal yang paling sensitif sekalipun.”

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot 

Teks anekdot memiliki ciri kebahasaan yang khas, antara lain:

  • Menggunakan Kalimat Verba Lampau: Menceritakan peristiwa yang sudah terjadi. Contoh: “Pada suatu hari, Presiden berkunjung ke sebuah desa.”
  • Menggunakan Kalimat Retoris: Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban, biasanya untuk memberikan penekanan atau sindiran. Contoh: “Apakah kita harus diam saja melihat semua ini?”
  • Menggunakan Konjungsi Waktu (Temporal): Kata hubung yang menunjukkan urutan waktu. *Contoh: kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya.
  • Menggunakan Kata Kerja Aksi: Kata kerja yang menunjukkan suatu tindakan. *Contoh: membaca, berjalan, melempar.
  • Menggunakan Kalimat Perintah (Imperatif): Contoh: “Coba bayangkan sejenak!”
  • Menggunakan Kalimat Seru: Terutama untuk bagian reaksi yang menunjukkan keterkejutan atau tawa. Contoh: “Luar biasa!”, “Wah, hebat sekali!”

Contoh Analisis Teks Anekdot

Mari kita analisis sebuah contoh sederhana:

Judul: Dosen yang Juga Pejabat

(Abstraksi) Di sebuah universitas, ada seorang dosen ilmu politik yang juga menjabat sebagai seorang anggota dewan.

(Orientasi) Suatu hari, ia sedang memberikan kuliah tentang etika politik. Seperti biasa, ia selalu berapi-api jika berbicara tentang moral dan kejujuran. “Kita sebagai calon pemimpin bangsa harus jujur dan tidak boleh rangkap jabatan!” tegasnya.

(Krisis) Tiba-tiba, seorang mahasiswa bernama Udin bertanya dengan polos, “Maaf, Pak. Bukankah Bapak sendiri adalah dosen sekaligus pejabat?”

(Reaksi) Seluruh kelas mendadak hening, menunggu jawaban sang dosen. Dengan sedikit gugup namun tetap tersenyum, dosen itu menjawab, “Nah, itu contoh yang bagus! Pertanyaanmu kritis. Begini, Udin. Saya ini bukan rangkap jabatan. Saya hanya sedang mengabdi di dua tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Ini namanya pengabdian ganda, bukan rangkap jabatan.”

(Koda) Mahasiswa pun saling berpandangan dan beberapa ada yang tersenyum tipis, memahami “logika” baru dari sang dosen panutan mereka.

Analisis:

  • Humor: Terletak pada jawaban dosen yang mengelak dengan istilah “pengabdian ganda”.
  • Sindiran: Mengkritik para pejabat yang sering membuat alasan untuk membenarkan tindakan mereka yang tidak konsisten dengan apa yang diucapkannya.
  • Tokoh: Dosen yang juga pejabat (representasi tokoh publik).
  • Struktur dan Kaidah Bahasa: Lengkap dari abstraksi hingga koda dan menggunakan berbagai ciri kebahasaan yang telah dibahas.

Pelajari Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Kurikulum Merdeka Lainnya:

Kampus Impian

KampusImpian.com adalah sebuah platform pendidikan gratis yang banyak digunakan oleh pelajar untuk persiapan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).