Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3: Teks Hikayat

Selamat pagi, siswa-siswi kelas 10! Pada bab ketiga ini, kita akan berkelana ke masa lampau melalui karya sastra klasik, yaitu hikayat. Hikayat bukan sekadar cerita kuno, melainkan sebuah jendela untuk memahami nilai-nilai dan kearifan lokal masyarakat Melayu lama. Mari kita selami bersama apa itu hikayat, bagaimana ciri-cirinya, dan nilai-nilai apa yang bisa kita petik darinya.
A. Pengertian dan Karakteristik Teks Hikayat
Apa itu Hikayat?
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa lama, terutama dalam bahasa Melayu, yang berisi tentang cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, biografi, atau gabungan dari semuanya. Cerita dalam hikayat umumnya berkisar pada kehidupan raja, pangeran, dewa-dewi, atau tokoh-tokoh heroik dengan berbagai kesaktian dan keajaiban.
Karakteristik Utama Hikayat:
Untuk mengenali sebuah teks sebagai hikayat, ada beberapa ciri khas yang menonjol:
- Anonim: Penulis atau pengarang hikayat biasanya tidak diketahui. Cerita ini dianggap milik bersama masyarakat dan disebarkan secara lisan dari generasi ke generasi.
- Istana Sentris: Latar belakang cerita selalu berpusat pada lingkungan kerajaan atau istana. Tokoh-tokoh utamanya adalah raja, ratu, pangeran, putri, dan para punggawa istana.
- Pralogis (Kemustahilan): Cerita dalam hikayat sering kali dipenuhi dengan hal-hal yang tidak logis atau di luar nalar, seperti kesaktian, kekuatan gaib, binatang yang bisa berbicara, atau peristiwa ajaib lainnya.
- Statis: Perkembangan cerita dalam hikayat cenderung lambat dan polanya sering kali berulang. Sifat tokoh dan latar sosial budayanya digambarkan secara tetap (statis) dari awal hingga akhir.
- Komunal: Karena bersifat anonim dan disebarkan secara lisan, hikayat menjadi milik bersama masyarakat (komunal) dan berfungsi sebagai media hiburan serta pendidikan nilai-nilai luhur.
- Menggunakan Bahasa Arkais: Hikayat menggunakan kata-kata atau bahasa Melayu klasik yang sudah jarang digunakan saat ini (arkais). Contohnya: syahdan, hatta, alkisah, sebermula, upeti.
B. Struktur dan Unsur-Unsur Teks Hikayat
Seperti karya sastra lainnya, hikayat memiliki struktur dan unsur pembangun yang membentuk keutuhan cerita.
Struktur Teks Hikayat:
- Abstraksi: Bagian pengantar atau ringkasan awal cerita. Bagian ini bersifat opsional, artinya tidak semua hikayat memilikinya.
- Orientasi: Pengenalan latar cerita, baik latar waktu, tempat, maupun suasana, serta pengenalan para tokoh.
- Komplikasi: Munculnya masalah atau konflik utama yang dihadapi oleh tokoh. Konflik ini akan terus berkembang menjadi rentetan peristiwa yang menegangkan.
- Evaluasi: Konflik mulai memuncak dan mengarah pada penyelesaian. Ketegangan mulai menurun.
- Resolusi: Tokoh utama berhasil menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya. Sering kali, pihak yang baik akan menang melawan yang jahat.
- Koda (Amanat): Pesan moral atau pelajaran yang dapat diambil dari cerita. Seperti abstraksi, koda juga bersifat opsional dan kadang disampaikan secara tersirat oleh pengarang.
Unsur-Unsur Pembangun:
Secara umum, unsur pembangun hikayat sama dengan prosa lainnya, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
- Unsur Intrinsik (di dalam teks):
- Tema: Gagasan pokok yang mendasari cerita (misalnya: kepahlawanan, cinta, pengkhianatan).
- Tokoh dan Penokohan: Karakter yang ada dalam cerita beserta wataknya.
- Alur (Plot): Rangkaian peristiwa dalam cerita.
- Latar (Setting): Keterangan mengenai waktu, tempat, dan suasana.
- Sudut Pandang: Cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita (biasanya orang ketiga serba tahu).
- Gaya Bahasa: Penggunaan majas dan bahasa kiasan untuk memperindah cerita.
- Amanat: Pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
- Unsur Ekstrinsik (di luar teks):
- Latar Belakang Agama dan Kepercayaan: Nilai-nilai agama (biasanya Islam) sering kali memengaruhi cerita.
- Latar Belakang Sosial Budaya: Adat istiadat dan budaya masyarakat Melayu lama sangat kental terasa.
- Nilai-Nilai Kehidupan: Hikayat kaya akan nilai moral, pendidikan, sosial, dan religius.
C. Kaidah Kebahasaan dan Nilai-Nilai dalam Hikayat
Kaidah Kebahasaan:
Salah satu daya tarik hikayat adalah penggunaan bahasanya yang khas.
- Penggunaan Kata Arkais: Seperti yang telah disebutkan, hikayat banyak menggunakan kata-kata Melayu klasik.
- Hatta: lalu…, maka…
- Syahdan: konon…
- Alkisah: diceritakan…
- Titah: perintah raja.
- Buluh: bambu.
- Penggunaan Majas (Gaya Bahasa): Untuk menciptakan imajinasi dan keindahan, hikayat sering menggunakan majas.
- Antonomasia: Penyebutan seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya. Contoh: “Si Miskin”, “Si Bungkuk”.
- Simile: Perbandingan yang menggunakan kata ‘seperti’, ‘laksana’, ‘bagai’. Contoh: “Wajahnya bersinar laksana bulan purnama.”
- Personifikasi: Memberikan sifat manusia pada benda mati. Contoh: “Angin malam membisikkan kesedihan.”
- Penggunaan Konjungsi Urutan Waktu: Banyak menggunakan kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, seperti maka, kemudian, setelah itu.
Nilai-Nilai dalam Hikayat:
Meskipun terdengar kuno, hikayat mengandung banyak nilai luhur yang masih relevan hingga kini:
- Nilai Religius: Kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Nilai Moral: Ajaran tentang budi pekerti baik dan buruk. Kesabaran, kejujuran, dan keberanian selalu mendapat ganjaran yang baik.
- Nilai Pendidikan: Mendorong kita untuk menuntut ilmu dan berbuat baik.
- Nilai Sosial: Pentingnya tolong-menolong, gotong royong, dan setia kawan.
- Nilai Budaya: Menggambarkan adat istiadat dan budaya masyarakat pada zamannya.
Dengan mempelajari hikayat, kita tidak hanya belajar tentang sastra, tetapi juga mewarisi dan melestarikan kearifan lokal nenek moyang kita. Selamat belajar dan menemukan hikmah di setiap kisahnya!
Pelajari Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Kurikulum Merdeka Lainnya: